MENDORONG ANAK BELAJAR MANDIRI

Untuk mengajarkan si kecil mandiri, Naomi Soetikno, MPd, Psi dari Rumah Sakit Omni Medical Center Pulomas, Jakarta Timur, memberikan pemaparannya:
Proses KemandirianTeori kepribadian yang dikutip dari psikolog asal Hungaria, Margaret Mahler menjelaskan bahwa ikatan antara balita dengan sang ibu akan berkembang ke arah kemandirian.
Prinsipnya, sejak usia 4 bulan, anak mulai secara bertahap "berpisah" dengan ibunya, di mana anak mulai mencari sensasi sendiri dengan asyik bermain-main dengan jari-jarinya sendiri. Anak pun mulai mengembangkan perasaan sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang ada di sekitarnya. Artinya, kemandirian tidak terjadi secara tiba-tiba atau sudah dimiliki sejak lahir, melainkan suatu proses adaptasi seorang anak -sesuai dengan usianya- terhadap lingkungannya.

Bila Ibu mendapati si kecil kerap merengek untuk menemaninya pada setiap kegiatan, dekati dia, peluk dirinya dan yakinkan bahwa dia dicintai dan dia memiliki banyak potensi. Berikan pula perhatian yang utuh, beri kesempatan anak untuk bereksplorasi dan mencoba dengan upayanya sendiri, beri bimbingan dan arahan praktis.
Begitu juga, saat anak mengikuti lomba dan menampilkan performa-nya. Yang harus Moms lakukan adalah mengingatkan bahwa dia sudah berlatih dengan baik. Dampingi anak saat berlatih dan berikan penjelasan yang dapat dimengerti anak. Jangan mengritik dan merendahkan kemampuan anak, tapi tunjukkan apa yang harus dilakukannya.
Jika si kecil gugup ketika naik ke panggung dan mulai menangis, hendaknya Moms berada tidak jauh dari dirinya dan yakinkan bahwa Moms mencintai dia apa adanya. Tunjukkan ekspresi dan gerak tubuh yang tulus sebagai rasa kasih sayang.
Jika si kecil sedang beraktivitas dan memerlukan perhatian, jauhkan kesibukkan pribadi anda, seperti nonton televisi, bermain HP atau hal-hal yang membuat dirinya merasa tidak diperhatikan. Karena cinta, dukungan dan pendampingan yang utuh saat anak sedang beraktivitas di mana Moms benar-benar hadir sangat penting dalam melatih kemandirian sang buah hati.

4 Trik Mendidik Kemandirian Anak
1. Memberi anak kepercayaan dan tanggung jawab. Berilah si kecil kepercayaan untuk melakukan dan memutuskan sesuatu, misalnya biarkan dia menentukan baju mana yang ingin dipakainya. Jika warna tidak serasi berilah penjelasan mengenai warna-warna apa saja yang cocok dan serasi, lalu jenis pakaian apa saja yang bisa dikenakan untuk momen-momen tertentu.
2. Mendorong, membimbing dan memberi dukungan. Berikan dorongan kepada anak untuk bisa berprestasi. Beri dukungan saat dia menyatakan ingin melakukan sesuatu dan bimbing dia untuk bisa berhasil dalam melakukan sesuatu.
3. Memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya. Dasarnya, anak memiliki hak dan kemampuan untuk menyatakan pendapatnya. Libatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan dalam keluarga. Dengan demikian dia akan merasa sangat dihargai, sekalipun pendapat yang disampaikannya "asal bunyi".
4. Berikan reward baik pujian atau hadiah setiap kali mereka melakukan hal yang baik. Pemberian reward ini akan memberikan energi yang luar biasa bagi anak. Dia akan mengulangi perbuatan tersebut dan akan terekam dalam benaknya bahwa perilaku tersebut merupakan hal baik yang harus dilakukan.(rps/Mom& Kiddie)
Orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap kemandirian anak, karena melalui bimbingan orang tua dan lingkungan anak akan mulai merasakan bahwa segala apa yang dikerjakan olehnya tidak perlu lagi bantuan dari sekitarnya termasuk orang tua dan lingkungan, pada posisi ini orang tua hannya sebagai pendamping saja atau orang yang memperhatikan anak tersebut, peran orangtua dan lingkungan dalam proses belajar mandiri antara lain:
1. Membantu anak mengidentifikasi titik awal untuk proyek belajar.
2. Membantu anak merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan jangka waktu yang digunakan dalam proses belajar.
3. Membantu anak memilih cara mengevaluasi proses belajar. Alat evaluasi bisa berupa tes, cerita, proyek, portofolio, dan sebagainya.
4. Membimbing dan membantu anak dalam pencarian dan penyiapan bahan belajar yang dibutuhkan. Membantu memilah bahan yang ada agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Berperan sebagai pengelola proses belajar (manager), bukan sebagai sumber informasi/pengetahuan (information provider).
6. Menjaga agar tujuan dan proses belajar dalam kondisi menyenangkan dan menantang; tidak terlalu mudah sehingga tak memberi nilai tambah, tetapi juga tidak terlalu sulit sehingga mengakibatkan frustasi.
7. Mempertajam dan meningkatkan standar proses belajar melalui pertanyaan dan umpan balik (feed back).
8. Menjadi partner untuk memperdalam keingintahuan yang ingin diketahui, meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, dan mendorong kemampuan pengembangan diri.
9. Memberikan dukungan kala anak berada dalam kesulitan. Membantu agar proses belajar tetap menyenangkan sekaligus menantang.
10. Mendorong anak melakukan proses belajar dengan etis dan standar tinggi; tidak melakukan kecurangan sekedar untuk mendapatkan hasil yang cepat dan pujian dari orang
Ini semua adalah peran orangtua dan lingkungan dalam proses belajar mandiri untuk anak, selain itu orang tua juga harus melatih anak agar menjadi mandiri, walaupun tadi dikatakan bahwa orang tua hanya mengawasi saja atau berperan saja, Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat diterapkan untuk melatih anak menjadi mandiri.
1. Beri kesempatan memilih
Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan - keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya.
2. Hargailah usahanya dengan cinta
Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
3. Hindari banyak bertanya Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan - pertanyaan seperti, "Belajar apa saja di sekolah?", dan "Kenapa seragamnya kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!" dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : "Halo anak ibu sudah pulang sekolah!" Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus di dorong-dorong.
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan
Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatan ini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahan masalah.


5. Dorong untuk melihat alternatif
Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri . Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda".

6. Jangan patahkan semangatnya
Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak minta ijin Anda, "Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput, bolehkan? " Tindakan untuk menjawab : "Wah, kalau Andi mau naik mobil antar jemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik tidak usah deh, ya" seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi untuk mandiri. Sebaliknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar jemput? Wah, kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa andi mau naik mobil antar jemput." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui bahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum dapat di penuhi.

Kesimpulan

Banyak sekali cara mendorong anak untuk belajar mandiri mungkin apa yang ditulis diatas hanya sebagian kecil dari berbagai macam cara mengajarkan anak untuk mandiri.
Orang tua sangat berpengaruh penting dalam proses menjadikan anak yang mandiri, melalui pengawasan dan melatih anak secara ekstra. Orang tua harus bisa menjadi partner anaknya, selain itu Orang tua juga harus bisa menjadi sahabat, teman dekat/karib, sebagai guru, dan sebagai tempat curahan hati anaknya, agar anak selalu merasa aman bila berada di dekat Ibunya.
Kemandirian seorang anak tergantung pada cara orang tua dalam mendidik. Sebagai orang tua tidak harus selalu menuruti kehendak/kemauan anaknya, karena bila kehendak/kemauan anaknya selalu dituruti maka akan membuat anak menjadi manja dan tidak akan bisa membuat anaknya lebih mandiri.

Daftar Pustaka

• Http://shuffulislam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=30
• http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1274&Itemid=215
• Http://mujitrisno.cybermq.com/post/detail/12840/agar-anak-belajar-mandiri

0 komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat membantu kami

jadi kawan-kawan tinggalin jejaknya ya....heheeee